Umum beranggapan bahwa fungsi utama oli hanyalah sebagai pelumas mesin. Padahal oli memiliki fungsi lain yang tak kalah penting, yakni antara lain sebagai; Pendingin, Pelindung dari Karat, Pembersih dan Penutup Celah pada Dinding Mesin.
Pada intinya terdapat tiga jenis oli :
1. Oli konvensional
2. Oli semi sintetik
3. Oli sintetik penuh
Lalu oli manakah yang cocok bagi kendaraan anda ?
PELUMAS KONVENSIONAL
Pelumas konvensional, umumnya terdiri atas 90% minyak dasar (crude oil), hasil penyulingan minyak bumi, ditambah 10% campuran bahan kimia aditif guna meningkatkan kinerjanya. Bahan kimia yang dipakai sebagai
campuran biasanya detergen (pembersih), antioksidasi dan Index Viscosity Imorover (campuran peningkat kekentalan). Penggabungan unsur-unsur itu membentuk oli yang mampu melumasi mesin. Pelumas sintetis, sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan-bahan aditif. Jumlahnya menentukan jenis oli sintetisnya. Oli sintetis penuh (full synthetic oil) mengandung 100% bahan aditif, yaitu minyak dasar bahan kimia yang bukan dihasilkan dari penyulingan minyak bumi. Sedangkan oli semi sintetis pelumas yang dibuat dengan menggunakan minyak dasar bahan kimia dicampur minyak mineral. Mengingat proses pengolahannya tidak lagi mengandalkan minyak dasar, bahan kimia yang banyak diaplikasi sebagai pengganti antara lain ester asam berbasa dua, ester organo fosfat, ester-silikat, glicol-polialkilena, silikon, klorida sert fluor hidrokarbon.
Mengingat bahannya masih alami, oli mineral amat cocok untuk motor motor lawas, seperti Honda C-70, Honda C-90Z, Supercup, Astrea 800, Yamaha V-75, Suzuki Crystal, Binter Mercy, dan sebagainya. Kelebihannya, oli tak mudah menguap saat mesin ada pada temperatur ideal, sehingga komponen dalam yang sudah aus tidak bertambah parah.
OLI SINTETIK
Oli sintetik (synthetic oil) adalah pelumas (lubricant) yang terdiri dari bahan kimia buatan selain dari oli mentah (crude oil / petroleum). Pelumas ini digunakan sebagai pengganti pelumas yang dihasilkan petroleum, karena secara umum menyediakan mekanisme dan sifat kimiawi yang lebih baik dibanding pelumas mineral tradisional.
Synthetic_oils
Kelebihan secara teknis
- Tingkat kecairan (viskositas) yang terukur lebih baik terhadap temperatur tinggi dan rendah.
- stabilitas kimia yang lebih baik
- berkurangnya kehilangan masa akibat penguapan
- Tahan terkadap oksidasi, kerusakan akibat panas dan pembekuan oli.
- masa kering yang lebih panjang sehingga lebih sedikit pembuangan pelumas
- Lebih hemat pada konfigurasi mesin tertentu
- Pelumasan lebih baik pada awal penghidupan mesin (cold start)
Kekurangan
- Tingkat gesekan (friction) yang lebih rendah mengakibatkan oli ini tidak cocok untuk situasi break-in (misalnya pada saat awal mesin-baru dijalankan) di mana gesekan diharapkan untuk menghasilkan permukaan yang aus. Tetapi pembuatan mesin yang lebih baik menyebabkan proses break-in tidak terlampau kritis seperti dulu.
- Berpotensi menyebabkan masalah dekomposisi pada lingkungan kimia tertentu terutama pada lingkungan industri.
- Berpotensi menyebabkan retarkan stress pada komponen plastik seperti polyoxymethylene) jika berpadu dengan plyalphaolefins
- Oli sintetik tidak dapat menahan lead dalam suspensi sebaik oli mineral.
- Oli sintetik tidak direkomendasikan pada mesin rotari kendaraan
Oli full synthetic sangat cocok dipakai pada motor balap yang mesinnya terus menerus digeber pada putaran (rpm) tinggi. Oli ini mampu melumasi seluruh bagian mesin sampai di sela-sela kecil sekalipun. Tingkat kekentalannya pun stabil meski dalam kondisi ekstrem, dan mampu menjaga mesin meski pada suhu tinggi.
Semi-synthetic oil
Oli semi-sintetik (synthetic blends) adalah campuran antara oli mineral dan tidak lebih dari 30% oli sintetik. Hal ini didesain untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan yang ada pada oli sintetik tanpa biaya mahal yang ada pada oli sintetik murni.
Untuk mesin motor baru seperti Honda Supra, Karisma, Astrea Impressa, Yamaha F1-Z, RX-King, RX-Z, Kawak Ninja, Yamaha Vega, Yupiter, Kawak Kaze, Suzuki Shogun, dan sebagainya, bisa memakai oli semi-sintetis. Perpaduan unsur mineral dan kimia, mampu menjaga kondisi mesin tetap prima, tanpa meninggalkan kemampuan untuk melindungi komponen dalam mesin.
MUTU OLI
Mutu dari oli sendiri ditunjukkan oleh kode API (American Petroleum Institute) dengan diikuti oleh tingkatan huruf dibelakangnya. API: SL, kode S (Spark) menandakan pelumas mesin untuk bensin. Kode huruf kedua mununjukkan nilai mutu oli, semakin mendekati huruf Z mutu oli semakin baik dalam melapisi komponen dengan lapisan film dan semakin sesuai dengan kebutuhan mesin modern.
STANDARD API :
Untuk Mesin bensin didahului dengan huruf “S”, bisa dibaca Service category atau Spark-Ignition, kemudian diikuti dengan huruf C, D, E, F, G, H, J, L, M akan menjadi :
SC = diperkenalkan tahun 1967 untuk mobil2 tahun 1967 kebawah
SD = diperkenalkan tahun 1971 untuk mobil2 tahun 1971 kebawah
SE = diperkenalkan tahun 1979 untuk mobil2 tahun 1979 kebawah
SF = diperkenalkan tahun 1983 untuk mobil2 tahun 1983 kebawah
SG = diperkenalkan tahun 1993 untuk mobil2 tahun 1993 kebawah
SH = diperkenalkan tahun 1996 untuk mobil2 tahun 1996 kebawah
SJ = diperkenalkan tahun 1996 untuk dipakai mobil2 yang sekarang ada
SL = diperkenalkan tahun 1998 untuk menggantikan SJ, walaupun SJ masih bisa dipakai
SM = diperkenalkan tahun 2004 untuk menggantikan SJ dan SL, walaupun SJ dan SL masih bisa dipakai.
Untuk mobil-mobil baru mendingan pakai yang SM.
Untuk mesin Diesel diawali dengan code huruf “C”, yang bisa dibaca Commercial category atau Compression-Ignition Engine, kemudian diikuti dengan kode huruf menjadi :
CC = Untuk mobil diesel tahun 1955 kebawah
CD = Untuk mobil diesel tahun 1961 kebawah
CD-II = Untuk mesin 2 Tax (Two Stroke), tahun 1987
CE = Untuk mobil diesel tahun 1987, menggantikan CC dan CD
CF = Diperkenalkan tahun 1994 untuk off-road, indirect-injected dan mobil diesel lainnya. Dapat digunakan menggantikan CD.
CF-2 = Diperkenalkan tahun 1994 untuk kondisi extrim, mesin motor 2 Tax (two Stroke) dan dapat digunakan untuk mengganti CD-II.
CF-4 = Diperkenalkan tahun 1990 N/A atau Turbo Diesel (High Speed), dan dapat digunakan untuk menggantikan CD dan CE.
CG-4 = Diperkenalkan tahun 1995, dapat digunakan untuk menggantikan CD, CE and CF-4.
CH-4 = Diperkenalkan Tahun 1998, ini yang paling mutakhir untuk mesin diesel.
Sekarang bisa dipahami SJ/CF, bisa digunakan untuk mesin bensin dan mesin diesel.
STANDARISASI OLI
- API (American Petroleum Institute) Service
- JASO (Japan Automotive Standard Association),
- ACEA (Association Des Constructeurs Europeens d’ Automobiles),
- DIN (Deutsche Industrie Norm),
Semua oli baik mineral maupun synthetic sama-sama ada standar APInya. Oli mineral biasanya dibuat dari hasil penyulingan sedangkan oli synthetic dari hasil campuran kimia. Bahan oli synthectic biasanya PAO PolyAlphaOlefin). Jadi oli Mineral API SL kualitasnya tidak sama dengan oli Synthetic API SL.
Oli synthetic biasanya disarankan untuk mesin2 berteknologi terbaru (turbo, supercharger, dohc, dsbnya) juga yang membutuhkan pelumasan yang lebih baik (racing) dimana celah antar part/logam lebih kecil/sempit/presisi dimana hanya oli synthetic yang bisa melapisi dan mengalir sempurna. Oli synthetic tidak disarankan untuk mesin yang berteknologi lama dimana celah antar part biasanya sangat besar/renggang sehingga bila menggunakan oli synthetic biasanya menjadi lebih boros karena oli ikut masuk keruang pembakaran dan ikut terbakar sehingga oli cepat habis dan knalpot agak berasap.
Jadi untuk mesin yang diproduksi tahun 2001 keatas disarankan sudah menggunakan oli yang bertipe synthetic baik semi synthetic (campuran dengan mineral oil) atau fully-synthetic. Sedangkan untuk pemakaian sehari-hari cukup yang semi synthetic.
Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan merupakan salah satu unsur kandungan oli paling rawan karena berkaitan dengan ketebalan oli atau seberapa besar resistensinya untuk mengalir. Kekentalan oli langsung berkaitan dengan sejauh mana oli berfungsi sebagai pelumas sekaligus pelindung benturan antar permukaan logam.
Oli harus mengalir ketika suhu mesin atau temperatur ambient. Mengalir secara cukup agar terjamin pasokannya ke komponen-komponen yang bergerak. Semakin kental oli, maka lapisan yang ditimbulkan menjadi lebih kental. Lapisan halus pada oli kental memberi kemampuan ekstra menyapu atau membersihkan permukaan logam yang terlumasi. Sebaliknya oli yang terlalu tebal akan memberi resitensi berlebih mengalirkan oli pada temperatur rendah sehingga mengganggu jalannya pelumasan ke komponen yang dibutuhkan. Untuk itu, oli harus memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi atau temperatur terendah ketika mesin dioperasikan.
Dengan demikian, oli memiliki grade (derajat) tersendiri yang diatur oleh Society of Automotive Engineers (SAE). Bila pada kemasan oli tersebut tertera angka SAE 5W-30 berarti 5W (Winter) menunjukkan pada suhu dingin oli bekerja pada kekentalan 5 dan pada suhu terpanas akan bekerja pada kekentalan 30.
Tetapi yang terbaik adalah mengikuti viskositas sesuai permintaan mesin. Umumnya, mobil sekarang punya kekentalan lebih rendah dari 5W-30 . Karena mesin belakangan lebih sophisticated sehingga kerapatan antar komponen makin tipis dan juga banyak celah-celah kecil yang hanya bisa dilalui oleh oli encer. Tak baik menggunakan oli kental (20W-50) pada mesin seperti ini karena akan mengganggu debit aliran oli pada mesin dan butuh semprotan lebih tinggi.
Untuk mesin lebih tua, clearance bearing lebih besar sehingga mengizinkan pemakaian oli kental untuk menjaga tekanan oli normal dan menyediakan lapisan film cukup untuk bearing.
Sebagai contoh dibawah ini adalah tipe Viskositas dan ambien temperatur dalam derajat Celcius yang biasa digunakan sebagai standar oli di berbagai negara/kawasan.
1. 5W-30 untuk cuaca dingin seperti di Swedia
2. 10W-30 untuk iklim sedang seperti dikawasan Inggris
3. 15W-30 untuk Cuaca panas seperti dikawasan Indonesia
Klasifikasi oli sintetis tidak berbeda dengan oli biasa. Pelumas sintetis mempunyai jenis klasifikasi tingkat kekentalan tunggal (single grade), misalnya SAE 20, SAE 40 dan SAE 50. Ada juga jenis klasifikasi tingkat kekentalan jamak (multigrade) antara lain SAE 15W-50 atau SAE 20W-50. Bahkan, pada aplikasi motor balap atau mesin berteknologi mutakhir, tingkat kekentalannya sering dibuat sangat ekstrem, misalnya SAE 5W-50, SAE 10W-60. Mengingat oli sintetis memiliki banyak keunggulan dan proses pembuatannya lebih rumit dibanding oli biasa, harganya pun relatif mahal.
KODE PADA OLI
Misal : Kode Oli : SAE 20W/50
Kode pengenal Oli adalah berupa huruf SAE yang merupakan singkatan dari Society of Automotive Engineers. Selanjutnya angka yang mengikuti dibelakangnya, menunjukkan tingkat kekentalan oli tersebut. SAE 40 atau SAE 15W-50, semakin besar angka yang mengikuti Kode oli menandakan semakin kentalnya oli tersebut.
Tingkat kekentalan oli yang juga disebut “VISKOSITY-GRADE” adalah ukuran kekentalan dan kemampuan pelumas untuk mengalir pada temperatur tertentu menjadi prioritas terpenting dalam memilih Oli. VISKOSITAS diuji pada Temperature 100 derajad Celcius. Satuannya dalam cST (CENTI STOKE). Misalnya Oli xxW30 … pada Temperature 100oC Viskositasnya antara 9.30 s/d 12.49 cST.
Sedangkan huruf W yang terdapat dibelakang angka awal, merupakan singkatan dari Winter. SAE 15W-50, berarti oli tersebut memiliki tingkat kekentalan SAE 10 untuk kondisi suhu dingin dan SAE 50 pada kondisi suhu panas. Dengan kondisi seperti ini, oli akan memberikan perlindungan optimal saat mesin start pada kondisi ekstrim sekalipun. Sementara itu dalam kondisi panas normal, idealnya oli akan bekerja pada kisaran angka kekentalan 40-50 menurut standar SAE.
Multi-grade oli adalah oli yang memiliki tingkat kekentalan yang berbeda antara dingin dan panas (ketika dingin akan mengencer, ketika panas akan mengental). Tujuan pembuatan oli multi grade adalah agar viskositas (tingkat keenceran) oli bisa bersifat tetap pada berbagai macam suhu. Keenceran tersebut diperlukan agar oli dapat menyusup ke sela-sela mesin yang sempit.
TIPE DAN MERK
Berikut contoh Jenis-jenis Oli yang umum dipakai dan peredarannya mudah didapat di bengkel-bengkel resmi penyalur oli:
Mineral Oil :
- Sprinta 2000 : SAE 20W-50, API SG
- Evalube 4T : SAE 20W-50, API SF
- Mesran Super : SAE 20W-50, API SG
- Enduro 4T : SAE 20W-50, API SG
- Penzoil Motorcycle 4T : SAE 20W-50, API SF
Oli Repsol:
- Repsol Moto Racing 4T 10W50 Semi Synthetic Oil Sertifikasi: API SJ; JASO MA
- Repsol Moto 4T 15W50 Mineral Oil
- Repsol Moto Sintético 4T 10W40 Semi Synthetic Oil Sertifikasi: API SG; JASO MA; Honda Specs.
Oli Shell 4T:
- Shell Advance S4 SAE 10W-40, 15W-40, 20W-40, 20W-50, SAE 40 Mineral oil Sertifikasi: API SF; belum JASO MA menurut Shell Singapore () API SL; JASO MA menurut Shell USA ()
- Shell Advance SX4 SAE 10W-40, 15W-40, 15W-50 20W-50 Mineral oil
- Shell Advance VSX4 SAE 10W-40, 15W-50, 20W-40 Semi Synthetic oil Sertifikasi: API SL – JASO MA
- Shell Advance Ultra 4 SAE 10W-40, 15W-50 Synthetic oil Sertifikasi: API SG menurut Shell Singapore API SL – JASO MA menurut Shell USA
Oli Top1 :
- SMO-MC SAE 20W-50 Semi Synthetic Sertifikasi: API..??
- EVOLUTION SAE 15W-50 Synthetic Sertifikasi: API SL
Oli Esso ada 4 tipe :
- Esso 4T 20W-40, 20W-50 (recommended for engine <50cc) Mineral Oil Sertifikasi: API SF - JASO MA
- Esso 4T Power 10W-40, 15W-40, 15W-50, 20W-50 Mineral Oil Setifikasi: API SG - JASO MA
- Esso 4T Pace 10W-40 Semi Synthetic Oil Setifikasi: API SJ - JASO MA
- Esso 4T Gold 10W-40, 15W-50 and 20W-50 Synthetic Oil Setifikasi: API SJ, SH (15W-50) - JASO MA
Caltex:
- Caltex Revtex Fully Synthetic 4T SAE 10W40,
- Caltex Revtex Semi-Synthetic 4T SAE 20W50,
- Caltex Revtex Super 4T SAE 10W40, 20W40, 20W50, Sertifikasi: API SG, JASO MA
- Caltex Revtex Plus 4T SAE 25W-40,
- Caltex Revtex 4T SAE 40, Sertifikasi: API SF, JASO MA
Mobil 1:
- Mobil Super 4T SAE 15W-50, Seritifikasi: API SG, JASO MA
- Mobil Extra 4T SAE 10W-40
- Mobil Racing 4T SAE 15W-50 Sertifikasi: API SJ, JASO MA
OLI AGIP :
- AGIP Super 4T MINERAL 15W-50
- AGIP TEC 4T SEMI-SINT. 15W-50
- AGIP Racing 4T SINT. 20W-50 Sertifikasi: API SJ
OLI MOTUL :
- MOTUL 3000 4T MINERAL 20W-50
- MOTUL 5100 Ester SEMI-SINT. 15W-50
- MOTUL 300V competition SINT. 15W-50 Sertifikasi: API SG - JASO MA
USIA PAKAI
Ada satu ketidak sesuaian antara TESTING dengan REKOMENDASI Penggunaan oli. Testing oli berdasarkan JAM TERBANG yaitu sekitar 200 jam (atau tepatnya 212 jam), yang mana fungsi oli sudah mengalami degradasi. Sedang pemakaian oli direkomendasikan dalam JARAK TEMPUH (5000 km, 10000 km atau bahkan ada yang lebih sampai 20000 km).
Oleh karena kondisi berkendaraan adalah bermacam-macam (Start, jalan pelan, macet di jalan, ngebut, nunggu di traffic Light, nunggu keluar belanja dari mall dsb…dsb), maka dibuatlah satu Standard kondisi “NORMAL DRIVING” yang didasarkan pada “Kecepatan Konstan/Tetap pada kelajuan 45 MPH (70 km/jam)”. Maka dengan kondisi kecepatan konstan 70 km/jam dan lama perjalanan adalah 200 jam, diatas kertas umur oli adalah = 200 jam x 70 km/jam = 14 000 km.
Kondisi riil berkendara tidaklah sama dengan kondisi test laboratorium, atau kondisi yang diasumsi oleh para pembuat mobil. Untuk patokan memperpanjang umur mesin maka pergantian oli dilakukan secara teratur :
1.Dino oil : antara 2000 km s/d 3000 km
2.Synthetic Based Oil (Semi Synthetic) : antara 3000 km s/d 5000 km
3.Fully-Synthetic Oil : antara 5000 km s/d 7000 km
Penggunaan oli lebih dari yang diatas tidaklah dilarang, dan menjadi tanggung jawab diri masing-masing. Rekomendasi pembuat oli akan berlindung dibalik pembuat mobil (sering dikatakan “See your Owner Manual for Engine Oil Change Interval”). Sedang pembuat mobil sendiri juga nggak mau kalau mobilnya bertahan lama sekali, sehingga pada umumnya jika menggunakan DINO OIL (sebutan dari Mineral Oil), pembuat mobil akan menuliskan dalam manualnya pada interval 5000 km (apa dasarnya ? hanya asumsi mereka pada kebanyakan cara berkendara konsumen, diasumsikan rata rata 25 km/jam).
Untuk mobil-mobil generasi terbaru, nggak ada kerisauan tentang pergantian oli, karena ada computer yang akan memberikan peringatan “CHANGE OIL”. Komputer ini bekerja dengan inputan :
1. Jumlah Stop and Go (Start dan Jalan)
2. Lama kelajuan dibawah kecepatan 70 km/jam
3. Lama kelajuan antara 70 s/d 110 km/jam
4. Lama kelajuan diatas 110 km/jam
5. Kemacetan di jalan dan di traffic Light.
6. Dan sebagainya
Dari semua inputan itu komputer akan menghitung waktu penggunaan oli, sehingga pada 200 jam penggunaan oli, computer akan display “CHANGE OIL” di screen dashboard mobil. Jadi nggak lagi ada rekomendasi dalam berapa km penggunaan oli, karena memang nggak sesuai. Test-nya dalam Jam Terbang, pemakaian dalam Jarak Tempuh.
Kalau dipaksakan sampai 10,000 km, dikhawatirklan sudah banyak penumpukan Sludge pada komponen dalam mesin, viskositas sudah mengalami degradasi, oli sudah banyak oksidasi, sudah banyak kotoran (soot), sudah banyak terbentuk asam – oli mesin jadi terkontaminasi, yang tentunya nggak bisa kita lihat dengan mata kasat (visual). Jika ini terus berlangsung, pemakaian BBM akan boros, saluran pelumasan dalam mesin lambat laun akan tersumbat, aliran oli jadi nggak lancar, cepat atau lambat mesin mobil akan rusak. Yang bertepuk tangan adalah Pembuat Mobil, karena model barunya akan segera laku … hehehehehe …
Untuk synthetic, cari yang viscosity band-nya nggak terlalu jauh (15W40 atau 20W50 misalnya). Kalau 0W40 terlalu banyak polimernya, polimer ini yang cepat mengalami degradasi, walaupun oli syntheticnya masih baik
Yang paling bagus adalah jika ada timer (macam Lexus RX300 atau Toyota Harrier). Timer hanya sebatas lamanya mesin bunyi sampai mati … bunyi …. mati … itu saja, dan kita sendiri yang mesti ngejumlahin, kalau udah 200 jam, mesti ganti oli … km tidak dilihat lagi.
ADDITIVE
Additive adalah dzat yang ditambahkan ke dalam oli. Jenisnya adalah sbb :
1. ADDITIVE UNTUK PERLINDUNGAN PERMUKAAN KOMPONEN MESIN
a. ANTI AUS : contohnya ZDDP (Zinc dithiophosphates), organic phosphates, Asam phosphates, organic sulfur dan senyawa chlorine, sulfurized fats, sulfides dan disulfides.
b. ANTI KARAT : contohnya Zinc dithiophosphates, metal phenolates, basic metal sulfonates, fatty acids dan amines
c. PEMBERSIH KOTORAN (DETERGENT) : contohnya Metallo-organic compounds of sodium, calcium dan magnesium phenolates, phosphonates dan sulfonates
d. DISPERSANT : contohnya Alkylsuccinimides, alkylsuccinic esters
e. FRICTION MODIFIER
2. ADDITIVE UNTUK PERFORMA
a. Pour Point Depressant
b. Seal Swell Agent
c. Viscosity Modifier
3. PERLINDUNGAN OLI
a. ANTIFOAM
b. ANTI OXIDANT
c. METAL DEACTIVATOR
BEDA OLI MOTOR BEBEK, SPORT DAN MATIC
1. Motor matic memiliki karakteristik kopling kering, sehingga tidak membutuhkan aditif untuk anti slip kopling, sedangkan motor sport memiliki kopling basah sehingga butuh aditif untuk anti slip kopling.
2. Ruang dalam mesin matic cukup sempit sehingga membutuhkan pelumas yg lebih encer (SAE lebih rendah= 10W-30) dan aditif molybdenum untuk meredam gesekan yg lebih besar.
SARAN
Disarankan juga untuk menggunakan Pelumas yang memiliki dan mencantumkan Nomor Pelumas Terdaftar Untuk melindungi kepentingan masyarakat atas mutu pelumas yang beredar di dalam negeri pelumas sesuai dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1693.K/34/MEM/2001 tanggal 22 Juni 2002. Pelumas yang memiliki NPT adalah pelumas yang telah memenuhi persyaratan administratif dan teknis serta lulus uji laboraturium terakreditasi yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal MIGAS. NPT dapat diidentifikasikan dengan 12 digit huruf dan angka. Contoh : DEPTAMBEN RI NPT : AB25E4110199 atau DESDM RI NPT : AC66E1054104.
Honda oil :
1. Oli AHM untuk sepeda motor honda.
2. Oli AHM 2
3. FEDERAL SUPREME ULTRATEC
4. FEDERAL SUPREME X
5. FEDERAL SUPREME XX
Sumber : Unpad.ac.id, Google
Terkini
Baca Juga ...
-
Dengan hadirnya aplikasi android Blackberry Messenger untuk OS Gingerbread di Google PlayStore serta beberapa versi OTA lokal, membuat pons...
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !