Tatar Sunda kembali menangis karena telah kehilangan lagi salah satu dari seniman terbaik di Jawa Barat, terlahir pada 15 Januari 1951 Drs.H.Akhmad Sutisna yang dikenal oleh masyarakat sunda sebagai pendongeng legendaris Wa Kepoh telah meninggal dunia, pada hari Sabtu 28 Desember 2013, pukul 11.00 wib. Di Rumah Duka Komplek Permata Indah Arcamanik Bandung.
Berawal dari kiprahnya di Radio Siaran Swasta di kota Bandung sebagai penyiar, serta berbekal bakat seni, khususnya Sunda, Ahmad Sutisna, sekitar awal tahun 80an mulai dikenal sebagai juru dongeng yang memiliki ke khasan sendiri.
Kiprahnya dengan dongeng Sunda melalui Radio Siaran semakin melambung manakala dongeng Si Rawing sangat digemari masyarakat, bukan hanya di Bandung da Jawa Barat, tetapi di seluruh Indonesia. Terlebih cerita si Rawing kemudiaan di angkat ke layar lebar.
Wa Kepoh menjadi ikon dunia dongeng Sunda, bahkan hingga saat ini belum ada yang mampu menggantikannya. Beliau di sejajarkan dengan seniman lainnya di tatar sunda seperti Kang Ibing dan Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya.
Sudah dua tahun silam, Wa Kepoh menderita sakit stroke yang diperparah dengan penyakit diabetes.
Di mata keluarga sosok Wa Kepoh memang panutan. Wa Kepoh konsisten dengan profesi sebagai tukang cerita dongeng bahasa Sunda. Meski sakit, Wa Kepoh tetap bekerja menuturkan kumpulan cerita bahasa Sunda kepada para pendengarnya.
Wa Kepoh berujar bahwa dirinya dapat mendongeng adalah secara otodidak, dia lanjut bercerita, di tahun 60 an, beliau sering mendongeng dengan menirukan suara dalang wayang golek, dengan mencoba merubah rubah suara, hingga akhirnya tak terasa beliau sudah dapat mengubah suara berdasarkan karakter yang dibutuhkan untuk aneka dongeng.
Ketika mendongeng di studio rekam ataupun di radio, tak ayal orang orang para penggemar dongeng Wa Kepoh berkumpul, dengan seksama mereka mendengarkan dongeng yang dibawakan oleh Wa Kepoh mengikuti alur cerita dan imajinasi pendengar dibawa berkelana membayangkan tokoh-tokoh cerita dari suara yang didengarkan.
Pada saat itu pihak sponsor dari aneka perusahaan berdatangan, diantaranya dari salah satu perusahaan produk farmasi. Iklan dari produk Farmasi tersebut ada yang terkenal dengan yel-yel, “Recoookk...Recoookk....” dan menjadi trend pada saat itu.
Selain itu yel lainnya yang menjadi trendi pada saat itu seperti ; “Euuuhhh Waktosna Se’ep” (Yaaa.. Waktunya Habis), menandakan bahwa dongeng Wa Kepoh sudah habis waktunya dan bersambung di waktu berikutnya.
Sangat padat jadwal mendongeng Wa Kepoh, dari rutin mengisi seri dongeng untuk radio, hingga ditanggap di berbagai acara resmi dan personal. Di setiap dongeng ataupun iklan yang beliau buat, Wa Kepoh selalu menyisipkan Da’wah dan edukasi positif untuk masyarakat.
Ketika Film Si Rawing diangkat ke layar lebar, Wa Kepoh sedikit kecewa karena karakter yang biasa dia dongengkan sebagai pendekar alim, di film lebih terlihat sebagai pendekar playboy.
Cerita si Rawing menjadi legenda dan dongeng yang tak terlupakan bagi masyarakat sunda, khususnya yang sempat mendengarkan siaran radio tahun 80-90 an. Semoga ada penerus beliau di masa kini.
Selamat Jalan Wa Kepoh, dongeng dan karyamu selalu menjadi suatu yang abadi untuk dikenang dan dirindukan.
(Rumah69.com)
Tulisan ini saya dedikasikan untuk Sobatku Kang Asep Syarief Hidayat, Putra dari Wa Kepoh.
Inalillahiwainailahirojiun ..smoga amal ibadahnya diterima Allah SWT..jadi inget jaman dulu waktu ada radio 2band setiap sore dengerin wa kepoh di radio..sirawing
BalasHapus